June 6, 2023

Kepulauan Faroe, sebuah kepulauan terpencil di Samudra Atlantik Utara yang dikenal dengan bentang alamnya yang menakjubkan dan warisan budaya yang unik, baru-baru ini berada di bawah pengawasan global dan kecaman atas pembantaian massal lebih dari 1.400 lumba-lumba, khususnya paus pilot bersirip panjang, dalam praktik yang dikenal sebagai “grindadrap” atau “menggiling” dalam bahasa Faroe. Gambar dan video pantai berlumuran darah dan pembunuhan brutal mamalia laut cerdas ini telah memicu kemarahan dan seruan tindakan dari para konservasionis, organisasi kesejahteraan hewan, dan individu yang peduli di seluruh dunia. Eits udah pada tau belum nihhh?? Kalau ada game yang bisa mrnggandakan uang anda loh secara  aman, seru, dan juga terpercaya, dimana lagi kalau bukan di Okeplay777

slot online, judi slot gacor hari ini

Kepulauan Faroe, wilayah otonomi Denmark, memiliki tradisi berburu mamalia laut, termasuk lumba-lumba dan paus, untuk tujuan subsisten. Perburuan, yang dikenal sebagai “menggiling”, melibatkan menggiring hewan ke perairan dangkal menggunakan perahu dan menggiring mereka ke pantai, di mana mereka kemudian dibunuh menggunakan pisau dan alat pemotong lainnya. Perburuan dianggap sebagai kegiatan komunal dan diperbolehkan di bawah hukum Faroe, yang memberikan pengecualian tertentu untuk larangan internasional perburuan paus komersial.

Namun, perburuan baru-baru ini, yang terjadi di desa Skala pada 12 September 2023, mengakibatkan pembantaian lebih dari 1.400 lumba-lumba, menjadikannya salah satu peristiwa “penggilingan” terbesar yang tercatat dalam sejarah Faroe. Gambar dan video perburuan, yang menunjukkan air berlumuran darah dan lumba-lumba dibunuh dengan cara yang mengerikan, telah mengejutkan dan membuat sedih orang-orang di seluruh dunia, memicu kecaman luas dan tuntutan untuk bertindak.

Konservasionis dan organisasi kesejahteraan hewan mengkritik keras praktik “penggilingan” di Kepulauan Faroe, mengutip kekhawatiran tentang kekejaman, keberlanjutan, dan konservasi hewan. Mereka berpendapat bahwa pembantaian massal lumba-lumba tidak hanya kejam dan tidak perlu, tetapi juga merupakan ancaman yang signifikan bagi populasi lumba-lumba lokal dan ekosistem laut secara keseluruhan. Lumba-lumba, sebagai hewan yang sangat cerdas dan sosial, memainkan peran penting dalam ekosistem laut, dan kepunahannya dapat memiliki konsekuensi ekologis yang luas.

Selain itu, banyak organisasi dan aktivis kesejahteraan hewan telah menunjukkan bahwa “penggilingan” bukanlah praktik yang berkelanjutan, karena dapat mengakibatkan eksploitasi populasi lumba-lumba secara berlebihan dan mengganggu keseimbangan ekosistem laut. Menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), paus pilot bersirip panjang, spesies yang ditargetkan dalam perburuan Faroese, terdaftar sebagai “kekurangan data”, yang berarti tidak tersedia cukup informasi untuk menilai status konservasi mereka secara akurat. Kurangnya data ini menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan perburuan dan potensi dampaknya terhadap populasi lumba-lumba setempat.

Kecaman global atas pembantaian massal lumba-lumba baru-baru ini di Kepulauan Faroe telah menyebabkan seruan luas untuk bertindak. Banyak organisasi kesejahteraan hewan, konservasionis, dan individu yang peduli mendesak otoritas Faroe untuk mengakhiri praktik “penggilingan” dan menemukan alternatif yang lebih manusiawi dan berkelanjutan untuk berburu subsisten. Beberapa organisasi juga menyerukan intervensi dan tekanan internasional terhadap Kepulauan Faroe untuk menghentikan perburuan, termasuk boikot produk dan pariwisata Faroe.

Menanggapi protes internasional, pihak berwenang Faroe membela praktik “penggilingan” sebagai tradisi budaya dan aktivitas legal di bawah hukum Faroe. Mereka berpendapat bahwa perburuan dilakukan dengan cara yang diatur dan mengikuti pedoman khusus untuk memastikan kesejahteraan hewan. Otoritas Faroe juga berpendapat bahwa perburuan itu berkelanjutan dan telah menjadi bagian penting dari budaya dan sejarah Faroe selama berabad-abad.

Namun, perdebatan tentang “penggilingan” dan pembantaian massal lumba-lumba baru-baru ini di Kepulauan Faroe memicu diskusi tentang etika berburu mamalia laut di era modern. Banyak orang mempertanyakan perlunya dan etika membunuh lumba-lumba dan mamalia laut lainnya untuk kapal selam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *